Senin, 14 Januari 2013

PROMISE FROM DREAM (sebuah cerpen)


Sepi. Sendiri. Hidup dalam kegelapan.
Tak ada riuh tawa. Tak ada yang mengundang tawa. Dan tak pernah tertawa.
Begitulah hidup Nara.


   Semenjak di tinggal kedua orangtuanya, Nara tinggal dengan Tantenya namun Tantenya tidak memedulikan Nara, Temannya menjauhinya. Dan kini Nara hidup sendiri tanpa kerabat dan temannya kecuali pembantunya. Tidak ada yang menyadari keberadaannya.

   Tepat tanggal 12 Februari 2011, Nara beranjak ke toko permainan, ia ingin membeli satu set playstation. Lalu membeli kue ultah lengkap dengan lilin ber-angka 17.

   Tepat jam 24:00, Nara sudah membungkus kadonya, ia sudah mengenakan pakaian barunya. Kue ultah sudah di siapkan lengkap dengan lilin menyala. Tinggal satu lagi.. yaitu tinggal dirinya yang akan meniup lilin pada kue ultahnya sendiri.

“selamat ulangtahun Nara, umurmu sekarang sudah 17, moga Nara bisa mendapatkan apa yang Nara inginkan dan.. moga.. ada orang yang bisa menemani Nara,” Kalimatnya terhenti karena isakan tangis yang dahsyat. “karena Nara sendiri.”
   Begitulah seterusnya, setiap ultahnya pada 13 Februari, ia merayakannya sendiri, meniup lilin sendiri dan membeli kado untuk dirinya sendiri.
Sendiri dan sangat sepi.

12 Februari 2012
  Pagi ini, Nara beranjak lagi untuk membeli kado dan kue ultahnya untuk dirinya sendiri. Namun tanpa sadar ada orang yang memperhatikan tingkah laku Nara, mengikuti setiap langkah Nara.

  Pada jam 23:59, detik detik menuju 13 Februari, terdengar suara ketukan pintu rumah Nara.
“permisi, apa benar ini rumah Nara?” ucap seorang gadis berambut lurus. Gadis itu kelihatan cantik ketika memakai dress selutut berwarna hijau toscha dan memakai bandana.

Nara mengernyit heran. “betul, kamu siapa yah? Darimana kamu tahu nama aku?”
Gadis itu tersenyum lagi. “namaku Audy, aku tau nama kamu karena mimpi.”
Nara heran. “mimpi?” tanyanya.

“ah, biarkan aku masuk dulu. Kamu ultah kan? Aku datang kesini untuk memberimu kado.” Audy pun menyodorkan kado kecil. Kontan mulut Nara melebar. “da.. darimana kamu tahu?” Audy pun menjawab dengan singkat. “dari mimpi.”

   Masih heran, namun Nara mempersilahkan Audy masuk.



“HAPPY BIRTHDAY TO YOU!(2X) HAPPY BIRTHDAY!(2X) HAPPY BIRTHDAY TO YOU!” tiba tiba Audy teriak dan sukses membuat setetes air mata Nara jatuh walau masih heran. Baru kali ini ada yang mengucapkan selamat.

“TIUP LILINNYA!(2X) TIUP LILINNYA SERTA MULIA! SERTA MULIA!(2X)” lagi lagi Audy heboh, memecah keheningan yang begitu mencekam.

   Nara pun meniup lilinnya yang ber-angka 18. Dalam sekejap Nara menangis keras. Tak sanggup menahannya karena sangat terharu. Audy membiarkannya. Perlahan Audy memegang bahu Nara dan berkata.


 “Nara, aku pernah bermimpi, aku menemukan seorang pemuda yang begitu terpuruk, dan kuyakin itulah kamu. Aku terperangah, siapa laki laki ini? Lalu perlahan aku menoleh sepasang ayah dan ibu, dia hanya melihatnya. Aku pun pergi ke orangtua tersebut dan berkata mengapa engkau tega sama anak sendiri. Seketika itu seorang ibu menangis keras dan ayahnya berkata kami tidak bisa karena kami sudah pergi. Aku kaget dan tak mengerti. Tiba tiba ibumu menggamit lenganku, ia berkata bisakah kau menjaga dia, mendampingi hidupnya, menemaninya dalam kesepian. Ibumu menceritakan kisah hidupmu. Hatiku pun tergores seketika. Lalu aku pun menyanggupinya. Dan tiba-tiba orangtuamu hilang, dan aku pun bangun dari mimpi. Dan sekarang aku mengerti, aku akan menepati janji orangtuamu, aku akan menjagamu dan menemanimu, bersedia menghabiskan seluruh sisa hidupku hanya untuk kamu, sampai maut memisahkan aku dan kamu.” Audy menghapus airmata yang mengalir di pipi Nara.

  Nara kontan terperangah,


“siapakah gadis ini? Yang rela menghabiskan hidupnya demi aku? Oh begitu tulusnya dia mencintaiku,”

  Dalam sekejap, Nara pun memeluk erat Audy, Air matanya mengalir deras. Suaranya bergetar hebat.
“terima kasih audy, kau sudah bersedia di sisiku, aku akan menjagamu juga seperti engkau menjagaku. Ini adalah kado terindah yang pernah kujumpai.” Nara pun mengecup kening Audy sangat lama.

  Tanpa sadar Audy meneteskan airmata juga, sangat terharu dengan Nara. Begitu tegarnya Nara dalam menghadapi hidup ini.

“Audy, walaupun aku baru bertemu dengan kamu. Aku yakin aku tidak salah pilih, maka dari itu, please jangan tinggalkan aku,”ucap Nara. Audy mengangguk keras sembari mengusap air matanya.

“dan maukah kau mendengarkan pernyataanku?” tanya Nara.

Lagi lagi Audy mengangguk. “ia.”

“aku jatuh cinta padamu” ujar Nara sembari memandang Audy sangat dalam.

   Audy pun tak bisa berkata apa apa lagi, lagi lagi ia mengangguk, namun ia mengangguk dengan sangat antusias.

   Seakan mengerti respon Audy, Nara lagi lagi memeluk erat Audy.





13 Februari 2012, 00:45

Sebuah janji. Sebuah cinta.  Berasal dari mimpi Audy.

Kini mereka hanyut dalam kebahagiaan.

0 komentar:

Posting Komentar