Sepi. Sendiri. Hidup dalam kegelapan.
Tak ada riuh tawa. Tak ada yang mengundang tawa. Dan
tak pernah tertawa.
Begitulah hidup Nara.
Semenjak di
tinggal kedua orangtuanya, Nara tinggal dengan Tantenya namun Tantenya tidak
memedulikan Nara, Temannya menjauhinya. Dan kini Nara hidup sendiri tanpa
kerabat dan temannya kecuali pembantunya. Tidak ada yang menyadari
keberadaannya.
Tepat
tanggal 12 Februari 2011, Nara beranjak ke toko permainan, ia ingin membeli
satu set playstation. Lalu membeli kue ultah lengkap dengan lilin ber-angka 17.
Tepat jam
24:00, Nara sudah membungkus kadonya, ia sudah mengenakan pakaian barunya. Kue
ultah sudah di siapkan lengkap dengan lilin menyala. Tinggal satu lagi.. yaitu
tinggal dirinya yang akan meniup lilin pada kue ultahnya sendiri.
“selamat ulangtahun Nara, umurmu sekarang sudah 17,
moga Nara bisa mendapatkan apa yang Nara inginkan dan.. moga.. ada orang yang
bisa menemani Nara,” Kalimatnya terhenti karena isakan tangis yang dahsyat.
“karena Nara sendiri.”
Begitulah
seterusnya, setiap ultahnya pada 13 Februari, ia merayakannya sendiri, meniup
lilin sendiri dan membeli kado untuk dirinya sendiri.
Sendiri dan sangat sepi.
12 Februari 2012
Pagi ini,
Nara beranjak lagi untuk membeli kado dan kue ultahnya untuk dirinya sendiri.
Namun tanpa sadar ada orang yang memperhatikan tingkah laku Nara, mengikuti
setiap langkah Nara.
Pada jam
23:59, detik detik menuju 13 Februari, terdengar suara ketukan pintu rumah
Nara.
“permisi, apa benar ini rumah Nara?” ucap seorang gadis
berambut lurus. Gadis itu kelihatan cantik ketika memakai dress selutut
berwarna hijau toscha dan memakai bandana.
Nara mengernyit heran. “betul, kamu siapa yah?
Darimana kamu tahu nama aku?”
Gadis itu tersenyum lagi. “namaku Audy, aku tau nama
kamu karena mimpi.”
Nara heran. “mimpi?” tanyanya.
“ah, biarkan aku masuk dulu. Kamu ultah kan? Aku datang
kesini untuk memberimu kado.” Audy pun menyodorkan kado kecil. Kontan mulut
Nara melebar. “da.. darimana kamu tahu?” Audy pun menjawab dengan singkat. “dari
mimpi.”
Masih
heran, namun Nara mempersilahkan Audy masuk.
“HAPPY BIRTHDAY TO YOU!(2X) HAPPY BIRTHDAY!(2X)
HAPPY BIRTHDAY TO YOU!” tiba tiba Audy teriak dan sukses membuat setetes air
mata Nara jatuh walau masih heran. Baru kali ini ada yang mengucapkan selamat.
“TIUP LILINNYA!(2X) TIUP LILINNYA SERTA MULIA! SERTA
MULIA!(2X)” lagi lagi Audy heboh, memecah keheningan yang begitu mencekam.
Nara pun
meniup lilinnya yang ber-angka 18. Dalam sekejap Nara menangis keras. Tak
sanggup menahannya karena sangat terharu. Audy membiarkannya. Perlahan Audy
memegang bahu Nara dan berkata.
“Nara, aku
pernah bermimpi, aku menemukan seorang pemuda yang begitu terpuruk, dan kuyakin
itulah kamu. Aku terperangah, siapa laki laki ini? Lalu perlahan aku menoleh
sepasang ayah dan ibu, dia hanya melihatnya. Aku pun pergi ke orangtua tersebut
dan berkata mengapa engkau tega sama anak sendiri. Seketika itu seorang ibu
menangis keras dan ayahnya berkata kami tidak bisa karena kami sudah pergi. Aku
kaget dan tak mengerti. Tiba tiba ibumu menggamit lenganku, ia berkata bisakah
kau menjaga dia, mendampingi hidupnya, menemaninya dalam kesepian. Ibumu
menceritakan kisah hidupmu. Hatiku pun tergores seketika. Lalu aku pun
menyanggupinya. Dan tiba-tiba orangtuamu hilang, dan aku pun bangun dari mimpi.
Dan sekarang aku mengerti, aku akan menepati janji orangtuamu, aku akan
menjagamu dan menemanimu, bersedia menghabiskan seluruh sisa hidupku hanya
untuk kamu, sampai maut memisahkan aku dan kamu.” Audy menghapus airmata yang
mengalir di pipi Nara.
Nara kontan
terperangah,
“siapakah
gadis ini? Yang rela menghabiskan hidupnya demi aku? Oh begitu tulusnya dia
mencintaiku,”
Dalam
sekejap, Nara pun memeluk erat Audy, Air matanya mengalir deras. Suaranya
bergetar hebat.
“terima kasih audy, kau sudah bersedia di sisiku,
aku akan menjagamu juga seperti engkau menjagaku. Ini adalah kado terindah yang
pernah kujumpai.” Nara pun mengecup kening Audy sangat lama.
Tanpa sadar
Audy meneteskan airmata juga, sangat terharu dengan Nara. Begitu tegarnya Nara
dalam menghadapi hidup ini.
“Audy, walaupun aku baru bertemu dengan kamu. Aku
yakin aku tidak salah pilih, maka dari itu, please jangan tinggalkan aku,”ucap
Nara. Audy mengangguk keras sembari mengusap air matanya.
“dan maukah kau mendengarkan pernyataanku?” tanya
Nara.
Lagi lagi Audy mengangguk. “ia.”
“aku jatuh cinta padamu” ujar Nara sembari memandang
Audy sangat dalam.
Audy pun tak bisa berkata apa apa lagi, lagi
lagi ia mengangguk, namun ia mengangguk dengan sangat antusias.
Seakan mengerti
respon Audy, Nara lagi lagi memeluk erat Audy.
13 Februari 2012, 00:45
Sebuah janji. Sebuah cinta. Berasal dari mimpi Audy.
Kini mereka hanyut dalam kebahagiaan.
0 komentar:
Posting Komentar