Jumat, 18 Januari 2013

KENYATAAN PAHIT (BAD DREAM) _sebuah cerpen

“veraa, ada surat lagi untukmu.” Kata Mama.
“iaa ma, tunggu sebentar,” Vera pun beranjak keluar dan lari tergopoh gopoh menemui sang tukang pos yang sudah sedari tadi berada di halaman rumahnya.
“terima kasih yah.” Ujar Vera. Dan tukang pos pun menggangguk lalu pergi.
“tuh kan! Dari dia lagi!” batin Vera sembari tersenyum sumringah melihat siapa nama pengirim surat tersebut.

   Vera membuka surat dan membacanya, senyumnya terus menghiasi bibir mungil cewek itu.
Ver, gimana kabar? Maaf ya baru ngirim suratnya. Sibuk nih ngehadapin UTS. Hihi tau gak? Aku senang banget nget hari inii , pokoknya seneng banget sampe gak bisa berkata apa apa.. blab la blaa … blab la bla ….

   Sudah lama Vera menantikan surat tersebut. Yah surat itu dari sahabat tercintanya nun jauh. Sudah 2 tahun lebih mereka mempererat tali persahabatan mereka. Sebut saja, namanya Vita. Dia adalah teman dikala Vera sedih, senang, dll. Anehnya Vera sama sekali belum melihat wajah Vita, begitupun juga dengan Vita. Entah kenapa Vera ingin sekali bertemu dengan Vita sahabat tercintanya. Rasa rindu ini sudah tak bisa dikatakan lagi. Ingin rasanya rindu ini keluar dari puncaknya. Tak terbendung lagi, yang jelas hanya 1 kalimat “PENGEN KETEMU VITA!”

   Awal cerita, sebenarnya Vita mengirim surat bukan tuk si Vera. Tapi ingin mengirim ke sang nenek tercintanya yang tak lain dan tak bukan ialah tetangga Vera. Vita salah menulis alamat, alamat yang ditulisnya bukan alamat rumah neneknya, melainkan alamat rumah Vera. Dan kebetulan Vera sangat menyukai surat-menyurat. Akhirnya jadilah seperti yang tak di duga-duga, mereka berkirim surat, berbagi cerita, dan sampai sekarangpun masih begitu.

@@@

   “KUKURUYUUUUUKKKK!!” Teriak suara ayam yang membahana. Perlahan matahari pun muncul di ufuknya. Tanda pagi sudah datang tiba dimana semua orang bangun dari tidurnya untuk melakukan aktivitas masing-masing. Mataharipun juga menyusup di sela sela gorden jendela kamar Vera, sehingga membuat gadis tersebut menggeliat malas.

“knock! Knock! Vera sayang! Bangun sayang udah pagi! Kamu harus ke sekolah nak, ohya Vera sudah shalat shubuh?” kata Mama sambil mengetuk pintu kamar Vera.
“ia ma, Vera udah shalat tapi tidur lagi.” Sahut Vera malas namun ia pun bangkit dari tempat tidurnya.
“ya ampun, yaudah cepet sana mandi, nanti terlambat loh.” Lanjut Mama sekali lagi.
“ia ma.” Gumamnya tak jelas.

@@@

   Sepulang sekolah, Vera berlari menuju kamar tidurnya. Membayangkannya betapa enaknya berbaring di kasur yang empuk.

“aahhhh, hari ini bener bener panas.” Di pejamkannya mata Vera sambil berhembus nafas lega.
   Tiba-tiba Vera tersentak dan seketika terbangun. “Wah apa itu? Surat lagi?” Batin Vera bingung melihat suratnya nomplok dengan manis di meja belajarnya.
“asyiikk!! Vita ngirim surat lagi! Isinya apa yah?” tuturnya sembari melonjak kegirangan.

Verr! Apa kabar kamu hari ini ? moga selalu baik aja deh buat kamu. Ohya! Ada kabar gembira!! Besok aku dan mamaku akan pergi kerumah nenekku. Dan besok kita akan ketemu! Alhamdulillah akhirnya kita bisa bertemu lagi! Padahal rumahmu kan Jakarta aku Padang. Tapi nevermind lah yang jelas kita akan ketemu besok! YES! Sampai ketemu besok J

   Kontan Vera pun melompat lompat. Berheboh ria di tempat tidurnya.
“Vita datang kesini!! Vita datang kesini!! Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi besok! Ah ahh aku harus cepet cepet pulang sekolah nih, waaaaahhh baru kali ini aku bahagia!! Tidak sabar lagi! Oh esok ayolah cepat cepat!” Teriak Vera yang mirip dengan cacing kepanasan.

@@@

   Keesokan harinya..
Vera mampir sebentar ke rumah tetangganya yang tak lain dan tak bukan ialah rumah nenek Vita. Vera mengenalnya karena nenek Vita sangat baik dan ramah terhadapnya. Namun seketika sampai di halaman rumah sang nenek. Vera pun tersentak, pandangannya berubah dan heran. Ia melihat keluarga di rumah tersebut semuanya pada menangis. Vera pun bertanya lembut kepada nenek Vita yang sedang menangis sendiri.

“ada apa nek? Kok semuanya pada menangis?” Tanya Vera dengan hati-hati.
   Tangis nenek pun meledak. “anak dan cucu saya,” kata kata nenek terpotong, nenek tersebut susah berbicara karena diiringi dengan isakan tangis yang dahsyat. Nenek pun mengatur nafasnya lalu dengan pelan ia ngomong. “anak dan cucu saya.. anak dan cucu saya sudah meninggaallll, me.. mereka meninggal ketika hendak bersillaturahim ke rumah nenek. Namun di tengah jalan, pesawat yang di tumpangi mereka jatuh. Dan baru baru ada info bahwa mereka telah meninggal dunia nak.” Suara nenek pun semakin mengecil. Nenek tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Maka nenek pun menangis meraung raung.

“cucu.. cucu nenek? Anak nenek? Cucu ,” Vera kaget bukan kepalang. Sembari ia mengingat ngingat. Namun hatinya terpana, menatap nanar pada kejadian ini, perlahan ditepisnya sangkaan buruk yang mengelabui fikiran Vera. Dan ia pun bertanya dengan nenek untuk memastikan ini salah. Susah payah Vera membuka mulutnya, ia takut terjadi hal yang buruk. “nek.. apakah cucu nenek yang meninggal itu .. Vi.. Vi.. vi..ta ?” napasnya memburu.

“iya nak! Hartati dan Vita-ku. Hartati itu anak nenek. Sedangkan Vita anaknya Hartati, cucu nenek.”

   Seketika pandanganku kosong, ternyata benar! Hal yang buruk itu ternyata benar. Perlahan dicubitnya sendiri lengan Vera tanda ia sedang bermimpi. Tapi ternyata sakit. Ini adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan!

   Entah kenapa semua di sekitarku gelap. Tak ada apa-apa. Ingin rasanya keluar dari rawa kegelapan. Tanpa berpikir panjang lagi Vera berlari secepat mungkin. Berusaha lari dari kenyataan ini, seakan ketidakpercayaan ini masih menyelimuti jiwa Vera.

   Sesampai di rumah, rumahpun kosong. Vera tidak tahu kemana mama, tapi itu bukan hal yang dia inginkan. Yang dia inginkan ialah pergi ke kamar tidurnya. Sudah sedari tadi Vera membendung air matanya. Sudah sedari tadi pandangannya kabur dikarenakan air mata yang membalut mata Vera.

   Dan kini tangisan Vera pecah dan meledak, menangis terpuruk dalam kesendirian yang begitu mencekam. Perlahan Vera menoleh ke meja belajar. Mata Vera melebar bak bola. “ada surat lagi?” sahut Vera. Nafasnya tercekat.

   Perlahan Vera membuka surat tersebut dan membacanya membacanya dan OH!  Entah kenapa sudah berpuluh buliran air mata Vera jatuh. Menangis melepas sakit hati yang begitu menusuk. Kemudian ditaruhnya kedua tangan Vera di depan dadanya, menahan ombak sakit hati yang entah berapa kali menerjangnya. “kemarin jam enam malam ?” Sontak Vera kaget ketika melihat tanggal dan waktu pengiriman yang terpampang di surat tersebut. Seketika Vera pun jatuh terpuruk bak dia di hempaskan ke jurang kegelapan.

Veraa! Aku minta maaf atas semua ini.. Kayaknya aku dan kamu tidak di takdirkan untuk bertemu. Maaf ya atas semua kesalahan kata yang pernah menyakiti kamu. Walau kita tak pernah bertatap muka. Namun aku bahagia.. sangat bahagia karena kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih atas segalanya Vera. Terima kasih karena engkau sudah menganggapku sahabat, terima kasih karena denganmu hidupku menjadi berarti. Maaf aku tidak bisa berkirim surat denganmu lagi, karena ini adalah surat terakhirku untukmu. Tetap semangat ^_^
Salam Sayang Sahabatku

Vita Aurora Cahyani.

0 komentar:

Posting Komentar