Selasa, 29 Januari 2013

KITA DI PANTAI (sebuah Pantun)



mendaki gunung napas beringas
peluh keringat membasahi jiwa
kuukir namamu di pasir halus
tanda persahabatan kita selamanya

makan jengkol di warung pak suparju
habis makan tak dibayarnya
jika dapat teman baru
harap bukan kacang lupa kulitnya

ombak laut menderu-deru
pohon kelapa bersahut-sahutan
kugenggam erat tangan sahabatku
menatap matahari senja kala di bibir lautan

hidup harus hati-hati
karena hidup hanya sekali
di pantai ini kita berjanji
bahwa suatu hari mimpi kita tergapai

Teori Logika

Persahabatan kita layaknya Quartil A dan Quartil B.
Membagi rata bernamakan cinta, kasih sayang, dan kepedulian.
Walaupun jumlah dari mean, modus, dan median beda,
Namun statistika persahabatan kita tetap beradu dalam ikatan kebahagiaan.

Walaupun daku gak sesempurna notasi faktorial yang mencakup keseluruhan,
Namun daku bisa menjadi kombinasi dan permutasi bagi kamu.

Hidup kita juga selalu di nodai oleh lingkaran, yang kadangkala persennya tak menentu.
Dan aku berharap peluang suatu kejadian menciptakan banyak rongga pohon antara angka dan gambar, dimana aku bisa berhasil menciptakan frekuensi harapan.

Namun, kadangkala ada polinomial yang mendekati kamu
Banyak variabel yang menggantung dengan kamu
Banyak yang mencakup koefisien dari kamu.
Tapi aku tetaplah aku.
Karena dengan aku,
Kamu bagaikan diagram garis yang membentuk kuatnya persahabatan kita.
Dan arahnya berlandaskan dengan,
"CINTA KARENA ALLAH"

Inilah teori logika antara aku dan kamu :))

Sabtu, 26 Januari 2013

PANTUN (TEMA "LAUT PUNYA CERITA")

PANDANGAN PERTAMA DI PASIR HALUS

1
Matahari kian menyusut
Tampak sisa guratan cahaya
Hey kamu yang ada dilaut
Sedang apa disana ?

2
Ombak hati berhembus ria
Semilir cinta berlalu-lalang
Kutatap jauh dirimu penuh pesona
Bagaikan indahnya kerlap-kerlip bintang

3
Eloknya gadis berambut sebahu
Kulitnya mulus hati merekah
Astaga dia melihatku
Tersenyum menawan buatku meleleh

4
Kerikil cinta menjemput daku
Bersama sang hati kian merona
Kulihat dia menghampiriku
Meretas jejak cinta di pasir halusnya

5
Riuh ramai suasana perkotaan
Ribuan orang hanyut dalam tujuannya
Dia mengajakku berkenalan
Oh duhai hati senang membahana

Jumat, 25 Januari 2013

Luka Hati

Di tengah malam yg pekat, ku terbangun.
Menatap kesunyian yang begitu mencekam.
Kulihat bulan dirundung redup.
Oh duhai luka yang menguras hati, apakah tak cukup lagi hati ini dikuras?
Tak cukup lagi hati ini ditampung air luka yang dalam?

perlahan setitik mata, lalu berpuluh buliran mata membasahi lantai ini.
Aku menangis, menangis mengeluarkan puing puing luka ini.
Tangisku memecah di keheningan malam yang begitu rapuh.

Mengapa kau tidak menyadarinya kala aku sangat sayang kepadamu?
Mengapa kau acuhkan aku?
Aku bagaikan sepotong jasad yang tak bernama bagi kamu.
Sakit dan sakit.
Sudahlah, biar aku luruh. 
Biarlah aku tenggelam dalam lautan luka ku sendiri.

Be Mine?

Di balik jendela berembun.
Menatap setapak hati yang kelam nan sendu.
Menemani derasnya HUJAN di LUAR rumahku.


Kuberlari KELUAR rumah.
Menerobos derasnya HUJAN.
Menangisi perasaan yang terKUAK dari sang hati.
Tak peduli airmata ini bercampur dengan air HUJAN.
Dan kubiarkan diriku luruh bersamaan dengan terKUAK nya rasa cinta ini.

Kusebut nama kamu di teater pikiranku,
Oh duhai mengapa dada ini sesak.
Kuyakin,
Cintaku tak akan pernah terbalas.

Can you be mine? Oh damn, impossible!

Jumat, 18 Januari 2013

kini aku luruh! ToT

"asal loe bahagia, gue juga ikut bahagia sob :')" tutur gue sendiri.

tapi entah kenapa hati kecil gue sakit.. gue gak bisa ngejelasinnya gimana..

ketika loe bahagia, tertawa lepas di saat loe berceloteh dengan teman teman lain.. entah kenapa gue sakit liatnya .. tapi harusnya gue bahagia.. bahagia melihat loe .. apalagi si diaa.. :-(

  
  kuingat memori itu, ketika ku berdiam diri. kuliat dirimu di seberang. begitu semangatnya dirimi bercerita dengan dia..

dan kau tahu ? gue sakit! liatlah! jikalau dengan diriku, loe gak seheboh cerita denganku, loe paling nanggepinnya ketawa lepas, tersenyum lebar. gak sampai tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai sakit perut.

gue sakit!! dan gue pengen nangis!! yang bikin loe kayak gitu harusnya GUE!! bukan DIAA!!


   yaaah, aku tahu aku hanyalah manusia biasa di matamu,. terlalu naif, masih terlalu biasa di hadapanmu,. tidak ada yang kubanggakan padamu kecuali .. DIAA


DIA DIA DIAAA!!

gue sakit liatnya, tapi gue berusaha tersenyum pahit agar tak tampak olehmu.

aku tahu ini terlalu berlebihan, tapi apa mau dikata? gue dan elo bagaikan sayur yang setiap harinya  dibubuhi oleh garam. dan loe adalah garamnya.


aku juga sadar!! aku egois!! aku terlalu mementingkan perasaanku sendiri!! tapi lihatlah! aku tetap memperhatikanmu walau gue tertawa terbahak bahak bersama temen gue yang lain.


   dan SEKARANG!! dia sudah merebutmu. benteng persahabatan kita semakin menipis. seakan dia bagaikan benteng yang baru buat loe.

AKU BENCI DIA!!


aku benci dia karena loe sekarang cuek denganku ,.
aku benci dia karena loe sekarang melupakanku .,
aku benci dia karena loe nggak seperti yang dulu lagi ,. T,T

please, gue kangen elo yang dulu.


pokoknya AKU BENCI DIA!! TITIK!!



ToT ToT ToT ToT




NOTE: saking sakitnya hatiku, gue nulisnya sampai air mata gue netes,. betapa luka ini menguras hatiku sepenuhnya !

KENYATAAN PAHIT (BAD DREAM) _sebuah cerpen

“veraa, ada surat lagi untukmu.” Kata Mama.
“iaa ma, tunggu sebentar,” Vera pun beranjak keluar dan lari tergopoh gopoh menemui sang tukang pos yang sudah sedari tadi berada di halaman rumahnya.
“terima kasih yah.” Ujar Vera. Dan tukang pos pun menggangguk lalu pergi.
“tuh kan! Dari dia lagi!” batin Vera sembari tersenyum sumringah melihat siapa nama pengirim surat tersebut.

   Vera membuka surat dan membacanya, senyumnya terus menghiasi bibir mungil cewek itu.
Ver, gimana kabar? Maaf ya baru ngirim suratnya. Sibuk nih ngehadapin UTS. Hihi tau gak? Aku senang banget nget hari inii , pokoknya seneng banget sampe gak bisa berkata apa apa.. blab la blaa … blab la bla ….

   Sudah lama Vera menantikan surat tersebut. Yah surat itu dari sahabat tercintanya nun jauh. Sudah 2 tahun lebih mereka mempererat tali persahabatan mereka. Sebut saja, namanya Vita. Dia adalah teman dikala Vera sedih, senang, dll. Anehnya Vera sama sekali belum melihat wajah Vita, begitupun juga dengan Vita. Entah kenapa Vera ingin sekali bertemu dengan Vita sahabat tercintanya. Rasa rindu ini sudah tak bisa dikatakan lagi. Ingin rasanya rindu ini keluar dari puncaknya. Tak terbendung lagi, yang jelas hanya 1 kalimat “PENGEN KETEMU VITA!”

   Awal cerita, sebenarnya Vita mengirim surat bukan tuk si Vera. Tapi ingin mengirim ke sang nenek tercintanya yang tak lain dan tak bukan ialah tetangga Vera. Vita salah menulis alamat, alamat yang ditulisnya bukan alamat rumah neneknya, melainkan alamat rumah Vera. Dan kebetulan Vera sangat menyukai surat-menyurat. Akhirnya jadilah seperti yang tak di duga-duga, mereka berkirim surat, berbagi cerita, dan sampai sekarangpun masih begitu.

@@@

   “KUKURUYUUUUUKKKK!!” Teriak suara ayam yang membahana. Perlahan matahari pun muncul di ufuknya. Tanda pagi sudah datang tiba dimana semua orang bangun dari tidurnya untuk melakukan aktivitas masing-masing. Mataharipun juga menyusup di sela sela gorden jendela kamar Vera, sehingga membuat gadis tersebut menggeliat malas.

“knock! Knock! Vera sayang! Bangun sayang udah pagi! Kamu harus ke sekolah nak, ohya Vera sudah shalat shubuh?” kata Mama sambil mengetuk pintu kamar Vera.
“ia ma, Vera udah shalat tapi tidur lagi.” Sahut Vera malas namun ia pun bangkit dari tempat tidurnya.
“ya ampun, yaudah cepet sana mandi, nanti terlambat loh.” Lanjut Mama sekali lagi.
“ia ma.” Gumamnya tak jelas.

@@@

   Sepulang sekolah, Vera berlari menuju kamar tidurnya. Membayangkannya betapa enaknya berbaring di kasur yang empuk.

“aahhhh, hari ini bener bener panas.” Di pejamkannya mata Vera sambil berhembus nafas lega.
   Tiba-tiba Vera tersentak dan seketika terbangun. “Wah apa itu? Surat lagi?” Batin Vera bingung melihat suratnya nomplok dengan manis di meja belajarnya.
“asyiikk!! Vita ngirim surat lagi! Isinya apa yah?” tuturnya sembari melonjak kegirangan.

Verr! Apa kabar kamu hari ini ? moga selalu baik aja deh buat kamu. Ohya! Ada kabar gembira!! Besok aku dan mamaku akan pergi kerumah nenekku. Dan besok kita akan ketemu! Alhamdulillah akhirnya kita bisa bertemu lagi! Padahal rumahmu kan Jakarta aku Padang. Tapi nevermind lah yang jelas kita akan ketemu besok! YES! Sampai ketemu besok J

   Kontan Vera pun melompat lompat. Berheboh ria di tempat tidurnya.
“Vita datang kesini!! Vita datang kesini!! Tak bisa kubayangkan apa yang akan terjadi besok! Ah ahh aku harus cepet cepet pulang sekolah nih, waaaaahhh baru kali ini aku bahagia!! Tidak sabar lagi! Oh esok ayolah cepat cepat!” Teriak Vera yang mirip dengan cacing kepanasan.

@@@

   Keesokan harinya..
Vera mampir sebentar ke rumah tetangganya yang tak lain dan tak bukan ialah rumah nenek Vita. Vera mengenalnya karena nenek Vita sangat baik dan ramah terhadapnya. Namun seketika sampai di halaman rumah sang nenek. Vera pun tersentak, pandangannya berubah dan heran. Ia melihat keluarga di rumah tersebut semuanya pada menangis. Vera pun bertanya lembut kepada nenek Vita yang sedang menangis sendiri.

“ada apa nek? Kok semuanya pada menangis?” Tanya Vera dengan hati-hati.
   Tangis nenek pun meledak. “anak dan cucu saya,” kata kata nenek terpotong, nenek tersebut susah berbicara karena diiringi dengan isakan tangis yang dahsyat. Nenek pun mengatur nafasnya lalu dengan pelan ia ngomong. “anak dan cucu saya.. anak dan cucu saya sudah meninggaallll, me.. mereka meninggal ketika hendak bersillaturahim ke rumah nenek. Namun di tengah jalan, pesawat yang di tumpangi mereka jatuh. Dan baru baru ada info bahwa mereka telah meninggal dunia nak.” Suara nenek pun semakin mengecil. Nenek tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Maka nenek pun menangis meraung raung.

“cucu.. cucu nenek? Anak nenek? Cucu ,” Vera kaget bukan kepalang. Sembari ia mengingat ngingat. Namun hatinya terpana, menatap nanar pada kejadian ini, perlahan ditepisnya sangkaan buruk yang mengelabui fikiran Vera. Dan ia pun bertanya dengan nenek untuk memastikan ini salah. Susah payah Vera membuka mulutnya, ia takut terjadi hal yang buruk. “nek.. apakah cucu nenek yang meninggal itu .. Vi.. Vi.. vi..ta ?” napasnya memburu.

“iya nak! Hartati dan Vita-ku. Hartati itu anak nenek. Sedangkan Vita anaknya Hartati, cucu nenek.”

   Seketika pandanganku kosong, ternyata benar! Hal yang buruk itu ternyata benar. Perlahan dicubitnya sendiri lengan Vera tanda ia sedang bermimpi. Tapi ternyata sakit. Ini adalah mimpi buruk yang menjadi kenyataan!

   Entah kenapa semua di sekitarku gelap. Tak ada apa-apa. Ingin rasanya keluar dari rawa kegelapan. Tanpa berpikir panjang lagi Vera berlari secepat mungkin. Berusaha lari dari kenyataan ini, seakan ketidakpercayaan ini masih menyelimuti jiwa Vera.

   Sesampai di rumah, rumahpun kosong. Vera tidak tahu kemana mama, tapi itu bukan hal yang dia inginkan. Yang dia inginkan ialah pergi ke kamar tidurnya. Sudah sedari tadi Vera membendung air matanya. Sudah sedari tadi pandangannya kabur dikarenakan air mata yang membalut mata Vera.

   Dan kini tangisan Vera pecah dan meledak, menangis terpuruk dalam kesendirian yang begitu mencekam. Perlahan Vera menoleh ke meja belajar. Mata Vera melebar bak bola. “ada surat lagi?” sahut Vera. Nafasnya tercekat.

   Perlahan Vera membuka surat tersebut dan membacanya membacanya dan OH!  Entah kenapa sudah berpuluh buliran air mata Vera jatuh. Menangis melepas sakit hati yang begitu menusuk. Kemudian ditaruhnya kedua tangan Vera di depan dadanya, menahan ombak sakit hati yang entah berapa kali menerjangnya. “kemarin jam enam malam ?” Sontak Vera kaget ketika melihat tanggal dan waktu pengiriman yang terpampang di surat tersebut. Seketika Vera pun jatuh terpuruk bak dia di hempaskan ke jurang kegelapan.

Veraa! Aku minta maaf atas semua ini.. Kayaknya aku dan kamu tidak di takdirkan untuk bertemu. Maaf ya atas semua kesalahan kata yang pernah menyakiti kamu. Walau kita tak pernah bertatap muka. Namun aku bahagia.. sangat bahagia karena kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Terima kasih atas segalanya Vera. Terima kasih karena engkau sudah menganggapku sahabat, terima kasih karena denganmu hidupku menjadi berarti. Maaf aku tidak bisa berkirim surat denganmu lagi, karena ini adalah surat terakhirku untukmu. Tetap semangat ^_^
Salam Sayang Sahabatku

Vita Aurora Cahyani.

Senin, 14 Januari 2013

PROMISE FROM DREAM (sebuah cerpen)


Sepi. Sendiri. Hidup dalam kegelapan.
Tak ada riuh tawa. Tak ada yang mengundang tawa. Dan tak pernah tertawa.
Begitulah hidup Nara.


   Semenjak di tinggal kedua orangtuanya, Nara tinggal dengan Tantenya namun Tantenya tidak memedulikan Nara, Temannya menjauhinya. Dan kini Nara hidup sendiri tanpa kerabat dan temannya kecuali pembantunya. Tidak ada yang menyadari keberadaannya.

   Tepat tanggal 12 Februari 2011, Nara beranjak ke toko permainan, ia ingin membeli satu set playstation. Lalu membeli kue ultah lengkap dengan lilin ber-angka 17.

   Tepat jam 24:00, Nara sudah membungkus kadonya, ia sudah mengenakan pakaian barunya. Kue ultah sudah di siapkan lengkap dengan lilin menyala. Tinggal satu lagi.. yaitu tinggal dirinya yang akan meniup lilin pada kue ultahnya sendiri.

“selamat ulangtahun Nara, umurmu sekarang sudah 17, moga Nara bisa mendapatkan apa yang Nara inginkan dan.. moga.. ada orang yang bisa menemani Nara,” Kalimatnya terhenti karena isakan tangis yang dahsyat. “karena Nara sendiri.”
   Begitulah seterusnya, setiap ultahnya pada 13 Februari, ia merayakannya sendiri, meniup lilin sendiri dan membeli kado untuk dirinya sendiri.
Sendiri dan sangat sepi.

12 Februari 2012
  Pagi ini, Nara beranjak lagi untuk membeli kado dan kue ultahnya untuk dirinya sendiri. Namun tanpa sadar ada orang yang memperhatikan tingkah laku Nara, mengikuti setiap langkah Nara.

  Pada jam 23:59, detik detik menuju 13 Februari, terdengar suara ketukan pintu rumah Nara.
“permisi, apa benar ini rumah Nara?” ucap seorang gadis berambut lurus. Gadis itu kelihatan cantik ketika memakai dress selutut berwarna hijau toscha dan memakai bandana.

Nara mengernyit heran. “betul, kamu siapa yah? Darimana kamu tahu nama aku?”
Gadis itu tersenyum lagi. “namaku Audy, aku tau nama kamu karena mimpi.”
Nara heran. “mimpi?” tanyanya.

“ah, biarkan aku masuk dulu. Kamu ultah kan? Aku datang kesini untuk memberimu kado.” Audy pun menyodorkan kado kecil. Kontan mulut Nara melebar. “da.. darimana kamu tahu?” Audy pun menjawab dengan singkat. “dari mimpi.”

   Masih heran, namun Nara mempersilahkan Audy masuk.



“HAPPY BIRTHDAY TO YOU!(2X) HAPPY BIRTHDAY!(2X) HAPPY BIRTHDAY TO YOU!” tiba tiba Audy teriak dan sukses membuat setetes air mata Nara jatuh walau masih heran. Baru kali ini ada yang mengucapkan selamat.

“TIUP LILINNYA!(2X) TIUP LILINNYA SERTA MULIA! SERTA MULIA!(2X)” lagi lagi Audy heboh, memecah keheningan yang begitu mencekam.

   Nara pun meniup lilinnya yang ber-angka 18. Dalam sekejap Nara menangis keras. Tak sanggup menahannya karena sangat terharu. Audy membiarkannya. Perlahan Audy memegang bahu Nara dan berkata.


 “Nara, aku pernah bermimpi, aku menemukan seorang pemuda yang begitu terpuruk, dan kuyakin itulah kamu. Aku terperangah, siapa laki laki ini? Lalu perlahan aku menoleh sepasang ayah dan ibu, dia hanya melihatnya. Aku pun pergi ke orangtua tersebut dan berkata mengapa engkau tega sama anak sendiri. Seketika itu seorang ibu menangis keras dan ayahnya berkata kami tidak bisa karena kami sudah pergi. Aku kaget dan tak mengerti. Tiba tiba ibumu menggamit lenganku, ia berkata bisakah kau menjaga dia, mendampingi hidupnya, menemaninya dalam kesepian. Ibumu menceritakan kisah hidupmu. Hatiku pun tergores seketika. Lalu aku pun menyanggupinya. Dan tiba-tiba orangtuamu hilang, dan aku pun bangun dari mimpi. Dan sekarang aku mengerti, aku akan menepati janji orangtuamu, aku akan menjagamu dan menemanimu, bersedia menghabiskan seluruh sisa hidupku hanya untuk kamu, sampai maut memisahkan aku dan kamu.” Audy menghapus airmata yang mengalir di pipi Nara.

  Nara kontan terperangah,


“siapakah gadis ini? Yang rela menghabiskan hidupnya demi aku? Oh begitu tulusnya dia mencintaiku,”

  Dalam sekejap, Nara pun memeluk erat Audy, Air matanya mengalir deras. Suaranya bergetar hebat.
“terima kasih audy, kau sudah bersedia di sisiku, aku akan menjagamu juga seperti engkau menjagaku. Ini adalah kado terindah yang pernah kujumpai.” Nara pun mengecup kening Audy sangat lama.

  Tanpa sadar Audy meneteskan airmata juga, sangat terharu dengan Nara. Begitu tegarnya Nara dalam menghadapi hidup ini.

“Audy, walaupun aku baru bertemu dengan kamu. Aku yakin aku tidak salah pilih, maka dari itu, please jangan tinggalkan aku,”ucap Nara. Audy mengangguk keras sembari mengusap air matanya.

“dan maukah kau mendengarkan pernyataanku?” tanya Nara.

Lagi lagi Audy mengangguk. “ia.”

“aku jatuh cinta padamu” ujar Nara sembari memandang Audy sangat dalam.

   Audy pun tak bisa berkata apa apa lagi, lagi lagi ia mengangguk, namun ia mengangguk dengan sangat antusias.

   Seakan mengerti respon Audy, Nara lagi lagi memeluk erat Audy.





13 Februari 2012, 00:45

Sebuah janji. Sebuah cinta.  Berasal dari mimpi Audy.

Kini mereka hanyut dalam kebahagiaan.

Minggu, 13 Januari 2013

..BUT I CARE WITH YOU



“winda, kenapa sih kalau setiap belajar selalu saja kamu lemas, giliran cerita semangatnya kayak apa saja. Apalagi ceritanya gak penting lagi, huh,” April menegur dengan nada yang tinggi.
“yaaah, aku tidak mood dengan pelajaran ini. Masa harus dipaksa sih priil?” kata Winda lemas.
“ah, itu cuman alasan kamu aja! Kamu tidak pernah serius belajar, aku jujur kecewa ama kamu winda.” Ujar April lalu pergi meninggalkan Winda.
   Winda terperangah dengan kata-kata April. Seumur hidupnya baru kali ini temannya kecewa pada dirinya. Sahabat dekatnya pula. Ada perasaan sakit di hati Winda ketika mendengarkan ucap kata dari mulu April. “priil, maafkan aku.” Ujar Winda pahit.

  Pagi yang cerah. Winda sudah bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Di sambarnya kunci motor lalu dikebutnya motor tersebut dengan kecepatan tinggi.
  Ketika sampai di sekolah, entah kenapa perut Winda sakit. Ia tidak bias menahannya lagi. Terpaksalah ia ke toilet sekolahnya. “aduh, ini kenapa perut tidak bisa diajak kompromi sihh.” Rutuknya dalam hati.
   Tak lama Winda sudah menyelesaikan hajatnya. Lalu ia pun berlari riang ke kelasnya. Seketika itu perut Winda mules lagi, tapi bunyi lonceng sudah berdentang keras tanda waktu belajar akan dimulai. Terpaksalah Winda menahannya.
   Sembari dengan langkah terseok seok, Winda pun duduk di bangkunya yang juga sebangku dengan April. Baru saja Winda mengambil buku pelajarannya, April menimpal, “dan satu hal lagi wind, aku heran mengapa setiap pelajaran awal, selalu ada aja yang sakit. Sakit tenggorokanlah, sakit kepala lah, tidak enak perasaan lah, sekarang ini sakit perut. Wind, aku tidak pernah melihat kamu serius. Gak pernah pun walau sekali. Ingat! Kita bukan anak kecil lagi,” kata kata April terpotong karena Winda buru buru menyela, “priil, aku dah berulang kali bilang sama kamu! Ini bukan kesengajaan. Kalau gak percaya yaudah. Aku mau tunjukkan apalagi Priil? Rasanya kamu seakan menuduhku yang enggak enggak.” Tak sadar mata Winda berkaca kaca. “siapa yang menuduh kamu? Argh. Tauk ah gelap!” April pun menghentakkan tangannya ke meja lalu pergi ke arah bangku temannya yang lain.
   Lama kelamaan perut Winda bukan mules lagi, tapi menusuk nusuk dan membuatnya meringis menahan rasa sakit. April gak boleh melihat Winda begitu. Winda harus tegar, menunjukkan bahwa ia memang serius belajar. Tapi rasa ssakit mengecam perutnya dan membuat badan Winda panas-dingin. Akhirnya ia tidak bisa berkonsentrasi. Ia luruh, tak kuat lagi. Di baringkannya kepala Winda di atas meja. Sedetik kemudian mata Winda pun terpejam, menahan rasa sakit.
“gimana pelajarannya? Mengerti gak apa yang dikatakan guru?” Tanya April ketika pelajaran Biologi sudah selesai.
“akuu,” kata kata Winda terpotong. “haha yaa jelaslah kamu tidak memperhatikan. Kamu malah tidur.” Tegur April.
“aku tidak tidur Priil, aku beneran sakit perut,” ujar Winda dengan sabar. Mukanya sangat pucat menampakkan bibir putih dan mata berkunang kunang.
   Namun hati April sudah gelap, “sudahlah Windd, aku tidak butuh alasan konyolmu. Mending kamu siapin lagi alasan yang lebih konyol lagi.” Tandas April.
   Lagi lagi Winda sabar. “Priil, kenapa kamu tega nuduh aku. Kamu selalu saja berburuk sangka sama aku tanpa mau tahu alasan sebenarnya. Aku jujur sakit hati,” seketika air mata Winda jatuh dengan suksesnya. “kamu tidak seperti yang dulu lagi. Maafkan aku Priil, aku bukan sahabat yang cocok untukmu.” Air mata Winda meleleh, napasnya tak teratur. Perlahan ia menyambar tasnya dan melesat keluar kelas. Winda tak sanggup lagi. Ia benar benar sakit, sakit hati. Seakan luka di hati ini berlubang.
   Sementara itu, April hanya bengong, kaget dengan perkataan Winda. Teman temannya yang lain pun memperhatikan kejadian ini hanya menatapnya dalam diam.
   Di Toilet Sekolah, Winda menyalakan keran air sambil menangis keras. Suara deras air mampu menutupi suara tangisan Winda. Ia ingin melepaskan semua sesak yang ada di hatinya. Ia hanya ingin menenangkan dirinya. Seketika serpihan bayangan mengelabui fikirannya, membayangkan semua sikap April terhadapnya. Tiba tiba air mata Winda mengalir deras. Luka ini menguras hatinya. Bayangkan, ia merasa dituduh oleh sahabatnya sendiri. Orang yang terpenting dalam hidupnya.
   Seketika itu, Winda berhenti menangis. Ia memutar kembali memori tersebut. Tiba tiba ia bangkit seraya mengepalkan kedua tangannya keatas.
“selama ini aku mengecewakanmu, aku ingin membuktikan bahwa aku tak seperti yang kau pikirkan. Aku berharap suatu saat aku bisa membanggakan kamu. Bahkan kamu tersenyum kepadaku. Akuu,, aku,, aku tidak mau kehilangan kamu teman,” ujar Winda pada dirinya sendiri.
“jadiii! Inilah saatnya aku akan membuktikan bahwa aku pasti bisa!!” Winda berkata dengan yakin. Dan ia pun memejamkan mata, menangkupkan tangannya di depan dada tanda ia men-sugesti dirinya,
“AKUU..PASTI..BISAA!!” ujar Winda sembari menekankan setiap kata.

   Bagai di beri suntikan segar, Winda belajar mati-matian demi membuktikan bahwa ia bisa seperti temannya yang lain, juga sahabatnya sendiri. Berbagai soal soal baik buku latihan maupun buku cetak ia kerjakan semua. Setiap pelajaran ia cermati dengan baik. Setiap pulang sekolah ia mengulang pelajaran-pelajaran yang ia pelajari sewaktu sekolah. Juga berbagai bimbel ia ikutin.
   Sementara itu, April yang sedari dulu melihat tingkah lakunya Winda heran luar biasa. Namun perlahan ia tersenyum,
“aku tahu apa yang kamu lakukan teman. Maafkan aku, aku tak bermaksud memarahi kamu. Tapi aku peduli dengan kamu, aku peduli dengan masa depan kamu. Asal kamu tahu, kamu adalah orang yang terpenting kedua dalam hidupku setelah orangtuaku.” Tak sadar setetes air mata April jatuh dari pelupuk matanya.
   Tak terasa waktu bergulir cepat. Hari ini adalah penerimaan rapor Sekolah. Winda bersiap-siap, hatinya berdebar keras. Inilah akhir dari hasil usaha Winda. Ia pun memejamkan mata seraya berdoa. “ya allah, moga usahaku selama ini membuahkan hasil yang memuaskan. Tapi bila hasilnya buruk, aku akan tetap bersabar dan berusaha lagi,” Winda terdiam sebentar. “hufft, kuserahkan diriku kepadamu rabb.” Ujarnya sesekali mengambil napas lalu menghelanya.

Di sekolah.
   “juara kelas khusus kelas XI EXACT ialahh … saya ulangin lagi. Juara kelas khusus kelas XI EXACT adalaaaahhh..” kata kata pak kepala sekolah terhenti, ia sengaja untuk membuatnya lebih penasaran pada muridnya. Sementara murid murid tersebut asli tegang, demikian juga Winda dan April.
“selamat untuk … Winda Puspita Sarii !!”
   Tepukan dan teriakan yang membahana membuat ruangan Aula riuh dan ramai. Semua seakan diberi kejutan. Karena murid murid lainnya mengenal Winda adalah pemalas. Dan kini Winda sekarang juara kelas. Tak terlebih Winda, Winda asli dan super kaget. Tak menyangka ialah juara kelas dari keseluruhan kelas 2 SMA EXACT 1-7 ditambah rangking 1 dari kelas XI² EXACT.
   Sementara itu, April seakan di bohongi oleh dirinya sendiri, ia sangat terperangah dan asli kaget. Perlahan April menoleh ke arah Winda. Nampak Winda menangis terharu dan sujud syukur. Selama ini April mengenal Winda sebagai anak malas, cuek dengan pelajaran, selalu terlambat dan kadang membantah guru. Tapi sekarang Winda mengalahi April, yaitu rangking 1 di kelas XI² bahkan juara kelas XI EXACT.
   Perlahan, April menitikkan airmatanya. Ia terlalu meremehkan Winda. Tapi ia bangga juga dengan sahabatnya yang “pemalas” itu. Semangat belajarnya yang sangat tinggi dan tak kenal pantang menyerah.
   Seketika April melangkah lalu berlari ke arah Winda. Kemudian ia pun memeluknya dengan erat, ia menangis sejadi-jadinya. Air matanya mengalir deras.
“Windaaa, selamat yaah!! Kamu bisa ngalahin aku ternyata. Aku sangat bangga dan bangga dengan kamu! Pertahankan terus yaa teman! Jangan sampai menurun. Maafin aku Windd, selama ini aku kasar dengan kamu, tidak peduli dengan kamu, tidak men-support kamu dan meremehkanmu. Aku benar benar jahat!” isak tangis yang berderai dari April membuat Winda menggeleng keras.
“tidak Priill, justru omonganmu yang kasar membuatku termotivasi untuk bisa menjadi seperti yang lain. Kamu salah! Kamu peduli dengan aku! Tapi aku maafin kamu kok, never mind, aku bahkan sudah lupa. Makasih yahh Priil!! Aku juga bangga menjadi sahabatmu.” Ucap Winda panjang lebar.

“nah mulai sekarang kita tidak terpisahkan lagi! Kita akan menjadi sahabat selamanya. Trus ntar kamu ajarin aku lagi yaaah, gantiaann. Okehh?” tutur April sembari melepaskan pelukannya lalu mengangkat kelingkingnya tanda mereka berjanji.
“okedeh! Siapa takuut!! We’re the best friend forever!!” Winda pun mengangkat kelingkingnya lalu menautkannya di kelingking April.
   Dan mereka berdua pun hanyut dalam kegembiraan, canda dan tawa. Inilah makna persahabatan mereka yang tidak mementingkan dirinya masing-masing.

1 kalimat dari mereka berdua,
“AKU BANGGA DENGAN KAMU!!”

Selasa, 01 Januari 2013

BARU MUNCUL LAGI !!

hayy hayy ,. maaf yah baru muncul lagi!
aduuhh ,. udah lama gak nulis lagi di blog ,. maaf yah blog selama ini aku gak memperhatikan kamu huhu *plak kok bicara sendiri yah!

hihi, and anyway mulai saat nihh aku akan aktif terus di sini!

so enjoy the blogs!
 aku akan berbagi ceritaku sendiri, kisah nyata , foto foto maupun yahh whatever deh ..


eh sudah dulu deh cuap cuapnya macam keak anak ayam berkotek ajaa .,




goodbye!
keep calm and enjoy!

from ifahLOL!!