Senin, 11 Maret 2013

cermin (cerita mini) : Tangisan Anak Gaza


Di pinggiran jalan, anak itu merenung bersama dengan sang ayah tercinta. Anak itu terus menggenggam erat tangan ayahnya. Perlahan nampak di kejauhan, sinar yang sangat terang nan menyilaukan. Rasa penasaran menjalari jiwa anak kecil itu. Sedetik kemudian raut wajah anak kecil itu cerah, matanya berbinar-binar bahagia, napasnya memburu.

“Ayah! Ayah! Lihat! Matahari sudah terbit. Sudah lama aku tak melihatnya ayah! Saatnya bersiap-siap sekolah!” kata anak kecil itu dengan nada polos. Ia menarik-narik baju ayahnya berulang kali.

Dalam sekejap air mata sang ayah mengucur deras dari pelupuk matanya. Ditatapnya wajah lugu anak semata wayangnya. “itu bukan matahari terbit sayang, tapi ledakan.” Ucapnya lirih.

“ayah, ayah nggak bohong?” ayahnya pun mengangguk pahit. Setitik air mata, diikuti berpuluh butiran air mata. Anak itu menangis, memeluk ayahnya dengan erat. 
“ayah, ibu sudah tidak ada lagi, kakak juga tidak ada. Jangan tinggalin aku ayah. Aku takut sendiri.” Ucapnya dengan lirih. Anak itu sangat takut ledakan, ledakan yang disebabkan oleh kaum biadab Israel yang terus menghujam kota Gaza.

“ayah tidak akan meninggalkanmu sayang, suatu saat kita pasti bertemu dengan ibu dan kakak.” Ujar ayahnya sembari membalas pelukan anaknya dengan erat.

Mata mereka terpejam. Mulutnya berkomat-kamit. Mereka berdua siap dihantam ledakan bom.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

menarik sob... lagi memahami tentang cermin... ohya mampir ya ke grobakku, Puisi: Penjaga hati yang angkuh. http://gerobak-wawasan.blogspot.com/2013/11/penjaga-hati-yang-angkuh.html

Posting Komentar