Jumat, 05 April 2013

Gue Make Jilbab? NO WAY! Part 2 : Bagaikan Burung yang Kehilangan sayapnya

Kondisi yang semakin parah membuat Reva segera mengunjungi dokter langganannya untuk memeriksa apa yang ia alami malam itu.
"gue ngerasa parau akibat terlalu banyak bernyanyi dok. Apa yang terjadi pada diriku dok. Gue sakit apa?" ucap Reva cemas.
"tenang mbak Reva, jangan cemas dulu. saya akan memeriksa bagian bawah lehernya," Dokter kemudian melakukan pemeriksaannya. Menyuruh Reva mengangkat mulutnya, kemudian memeriksa dan mengelus bagian leher Reva. "jangan khawatir mbak Reva, ini hanya amandel biasa. Saya tidak perlu memberimu obat,  cukup mbak Reva mengurangi minuman-minuman es." tutur Dokter tersebut sembari tersenyum sumringah.
Mendengar hal itu, Reva pun lega, ia menghela napas panjang dan tak lupa pula tersenyum.
"terimakasih dok."
"sama-sama."
***
Keesokan harinya, Reva bangun cepat dari biasanya, karena tiba-tiba saja ia merasakan pembengkakan di tenggorokannya. Saat menyadari itu, ia segera menghubungi dokter langganannya.
"tolong, segeralah datang ke rumahku dok!"

"saya tidak menyembunyikan kekhawatiran saya. Saya memang melihat adanya pembengkakan yang agak asing," ujar sang dokter.
"apakah itu amandelku?" tanya Reva yang lagi-lagi cemas
"sama sekali bukan mbak! ia berada di bawah kedua amandel," jawab dokter
"apa maksudnya dok?! gue khawatir banget dok." saking khawatirnya, tak sadar suara Reva meninggi. ia sangat ketakutan. keringat dingin menjalari sekujur tubuhnya. lututnya pun bergetar.
"saya tidak tahu persis sampai sekarang mbak. Namun kita harus melakukan pemeriksaan laboratorium. Tenang mbak, semuanya akan baik-baik saja."
 Setelah melakukan pemeriksaan yang lengkap, dokter berkata, "tenanglah mbak, ini hanyalah lapisan gondok yang membesar karena kekurangan yodium dalam tubuh mbak Reva. Karena itu, kami akan memberikan beberapa kombinasi obat yang mengandung yodium untuk mbak Reva. Dalam waktu seminggu, mbak Reva akan kembali sehat seperti semula." jelas sang dokter panjang lebar.
Lagi-lagi perasaan lega meliputi raga Reva, ia sangat berterima kasih pada dokter tersebut.
"kalau begitu, gue harus kembali dok, soalnya gue harus menghadiri beberapa pesta dan perhelatan."
"tidak apa-apa, yang penting mbak Reva tidak kembali menyanyi hingga kesehatan mbak benar-benar pulih." ujar dokter.
"baik dok, gue mengerti."

Reva pun kembali melakukan rutinitasnya sehari-hari. Namun ia merasa tidak enak tampil di depan umum dan media dalam keadaan sakit. Reva akhirnya memutuskan untuk tinggal di salah satu hotel mewah hingga sembuh dari sakitnya. Tetapi ternyata masalahnya bertambah parah dan benar-benar di luar dugaan. Penyakit itu justru semakin parah, dan ia harus segera dilarikan di rumah sakit.Teman-teman dan fansnya pun berdatangan menjenguknya. Sampai-sampai ruang kamarnya penuh sesak dengan karangan bunga.

"dimana orangtua anda ?" tanya dokter senior
"ayah dan ibuku telah meninggal dunia, dan gue tidak punya saudara atau kerabat selain seorang sepupu yang kini tinggal di Jeddah. Tapi kami sudah lama tidak berhubungan. Kami selalu berbeda, karena ia terlalu ekstrim dan radikal dalam beragama." ucap Reva pahit.
 "anda ingin mengetahui yang sebenarnya?" ucap dokter tersebut setelah ia terdiam cukup lama.
Reva menelan ludah dengan susah payah, "iya, yang sebenarnya dok,"
"begini," dokter membenarkan posisi duduknya lalu menatap Reva dengan lekat. "anda harus siap dengan apapun yang terjadi menimpa anda,"
"..." Reva diam, namun di dalam hatinya ada gejolak api yang membara saking takutnya.
"anda mengidap penyakit kanker ganas di bagian tenggorokan, dan cepat atau lambat, kanker itu akan menyebar luas ke seluruh tubuh anda."
"d-dok!!! Anda serius? anda lagi bercanda kan? tidaak! tidak mungkin!" teriak Reva
"ini serius mbak Reva, dan saya menyarankan, anda lebih baik berhenti menyanyi. karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar secara cepat."
"tidaak! tidak bisa dok! suaraku adalah modal dan kekayaan utamaku dalam hidup ini. Gue tidak bisa berhenti bernyanyi dok!" tak sadar Reva mengeluarkan airmatanya. Ia pun menangis bersahut-sahutan. Ia bagaikan debu yang diterbangkan oleh angin dan langsung hilang. Seketika dunia di sekitarnya menjadi kecil dan gelap.
"mama, papa, aku ingin menyusulmu sekarang juga. Aku tak sanggup." ucap Reva lirih.

TO BE CONTINUED

dikutip dari buku chicken soup for moslem.

0 komentar:

Posting Komentar